Manado – GlobalNewsNusantara.ID –
Gelombang aksi unjuk rasa yang digelar mahasiswa, buruh, dan elemen masyarakat di Sulawesi Utara terus menghiasi ruang publik dalam beberapa pekan terakhir. Di tengah derasnya aspirasi yang disuarakan, satu pesan penting kembali digaungkan: demokrasi harus tetap elegan, damai, dan tidak boleh menggerus kedamaian yang menjadi identitas Sulut.
Hal ini ditegaskan langsung oleh Dirkrimsus Polda Sulut, Kombes Pol F.X. Winardi Prabowo, dalam keterangannya di Manado, Kamis (04/09/2025). Menurutnya, kebebasan berekspresi adalah hak warga negara yang dijamin konstitusi. Namun, kebebasan itu harus diimbangi dengan tanggung jawab menjaga keamanan dan ketertiban.
“Kita semua elemen masyarakat harus berani bersuara. Suara boleh lantang, tapi jangan sampai merusak kedamaian. Terima kasih kepada mahasiswa, buruh, dan masyarakat yang tetap menjaga aksi berjalan kondusif,” ungkap Winardi. Demokrasi Boleh Panas, Tapi Sulut Harus Tetap Teduh
Dalam penjelasannya, Winardi menekankan bahwa unjuk rasa sejatinya adalah ruang demokrasi yang sehat. Namun, ia mengingatkan agar aksi tidak berubah menjadi momok yang menakutkan.
“Kalau aspirasi disampaikan dengan cara yang baik, pasti didengar. Dialog bisa terbangun, solusi bisa dicapai. Sebaliknya, kalau anarkis, bukan hanya pesan yang hilang, tapi juga merugikan masyarakat luas,” tegasnya.
Pesan ini bukan tanpa alasan. Winardi menyinggung potensi besar kerugian sosial-ekonomi yang bisa muncul bila aksi berubah rusuh. Bukan hanya warga yang terganggu, tapi juga dunia usaha, iklim investasi, hingga masa depan pembangunan Sulut. Investor Percaya Karena Sulut Damai
Lebih jauh, Winardi menyampaikan bahwa kedamaian Sulawesi Utara adalah magnet investasi. Iklim bisnis yang kondusif selama ini membuat banyak investor melirik Sulut sebagai daerah yang potensial untuk ditanamkan modal.
“Kalau kondisi kacau, masyarakat jadi takut beraktivitas, pelaku usaha enggan bergerak, dan ekonomi otomatis terganggu. Investor pun akan berpikir ulang untuk menanam modal. Ini yang harus kita hindari bersama,” ujarnya.
Menurutnya, menjaga kedamaian bukan hanya tugas aparat keamanan, tetapi tanggung jawab bersama. Masyarakat harus melihat bahwa stabilitas adalah fondasi utama bagi pembangunan dan kesejahteraan. Demo Berulang, Tapi Tetap Kondusif
Sulawesi Utara, yang dikenal sebagai tanah Nyiur Melambai, kerap dijadikan contoh daerah dengan tingkat toleransi dan keamanan tinggi. Meski aksi demonstrasi berulang, hingga kini situasi tetap aman dan terkendali.
Winardi menyebut hal ini tak lepas dari kesadaran kolektif seluruh pihak. “Mahasiswa, buruh, dan masyarakat sadar bahwa menyampaikan aspirasi tidak boleh merusak. Inilah yang membuat Sulut berbeda dengan daerah lain,” katanya. Penutup: Aspirasi Damai, Sulut Tetap Jaya
Pesan yang dibawa Kombes Pol F.X. Winardi Prabowo seolah menjadi pengingat keras namun penuh harapan: demokrasi hanya akan berarti bila dijaga dengan kedamaian.
Sulawesi Utara harus terus berdiri sebagai contoh bahwa suara rakyat bisa didengar tanpa harus ada bentrokan. Bahwa aspirasi bisa elegan, dan perbedaan pendapat bisa berujung pada solusi – bukan perpecahan.
“Mari kita buktikan bahwa Sulut tetap teduh. Suara boleh lantang, tapi damai harus tetap menjadi nafas kita bersama.” – Kombes Pol F.X. Winardi Prabowo. (Laporan: Kifli Abidjulu – GlobalNewsNusantara.ID)